Untukitu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Ny.''S'' umur 23 tahun dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan "AS SYIFA" Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Ny."S" dengan Gastroenteritis atau diare. 1.2.2 Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang

Diare 1. Definisi Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare Diare akut Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu 1 Diare tanpa dehidrasi, 2 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, 3 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, 4 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. Diare kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. 3. Etiologi a. Faktor Infeksi 1 Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi a Infeksi bakteri Vibrio, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. b Infeksi virus Enteroovirus Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. c Infestasi parasite Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, jamur candida albicans. 2 Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut OMA, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein c. Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar e. Faktor Pendidikan f. Faktor pekerjaan g. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan. h. Faktor lingkungan i. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi tempat, waktu dan orang Keluhan utama Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi lebih, baik, kurang, buruk, psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital. Post natal Apgar skor 2 detik = dehidrasi berat Sistem Kardiovaskuler a Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin b Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis -, adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. c Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. d Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. e Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. Sistem Pernafasan a Subyektif, sesak atau tidak b Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. c Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus -. d Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. Sistem Pencernaan a Subyektif, Kelaparan, haus b Inspeksi BAB, konsistensi cair, padat, lembek, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi - dan kesemitrisan abdomen. c Auskultasi, Bising usus dengan menggunakan diafragma stetoskope, peristaltik usus meningkat gurgling > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. d Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa -, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. e Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa -. Hepar dan lien tidak teraba. Sistem Perkemihan a Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya b Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum -, rambut-. BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. c Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis. Sistem Muskuloskletal a Subyektif, lemah b Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun c Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a Feces lengkap Makroskopis dan mikroskopis bakteri + mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi b Pemeriksaan Asam Basa Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faal ginjal d Serum elektrolit Na, K, Ca dan Fosfor Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang. e Pemeriksaan intubasi duodenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. f Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. D. Masalah Keperawatan 1. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien E. Intervensi Keperawatan 1. Diare b/d inflamasi gastrointestinal Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien teratasi NOC NIC 1. Tidak ada diare 2. Feses tidak ada darah dan mukus 3. Nyeri perut tidak ada 4. Pola BAB normal 5. Elektrolit normal 6. Asam basa normal 7. Hidrasi baik membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL Diare Management Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal Evaluasi jenis intake makanan Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap Monitor hasil Lab elektrolit dan leukosit Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi NOC NIC Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah 110-120/60-90 mmHg, Nadi 60-120 x/menit, Suhu tubuh 36,5-37,5◦C, Respirasi 20-60 x/meit Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik , jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output 50 – 100cc/jam Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan absorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nutrisi kurang teratasi NOC NIC Albumin serum dalam batas normal Hematokrit dalam batas normal Hemoglobin dalam batas normal Total iron binding capacity dalam batas normal Jumlah limfosit dalam batas normal Intake nutrisi cukup/ sesuai usia Berat badan sesuai usia Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval Referensi Hayati. 2009. Gizi Bayi Buku Saku Jakarta EGC Aziz, 2006, Diare, Pembunuh Utama Balita, Graha Pustaka, Jakarta. Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta EGC. Betz, Cecily Lynn. 2009. Pediatri. Jakarta EGC Cholina Trisa Siregar 2004. Kebutuhan Dasar manusia Eliminasi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Corwin, J Elizabeth. 2009. Patofisiologi Buku Saku, edisi 1. Jakarta EGC. Depkes RI 2007. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen PP&PL. Jakarta Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia, Depkes RI, Jakarta Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya. Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, Rhineka Diare 1. Definisi Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare Diare akut Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu 1 Diare tanpa dehidrasi, 2 Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, 3 Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, 4 Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. Diare kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. 3. Etiologi a. Faktor Infeksi 1 Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi a Infeksi bakteri Vibrio, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. b Infeksi virus Enteroovirus Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. c Infestasi parasite Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, jamur candida albicans. 2 Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut OMA, Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein c. Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar e. Faktor Pendidikan f. Faktor pekerjaan g. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan. h. Faktor lingkungan i. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi tempat, waktu dan orang Keluhan utama Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi lebih, baik, kurang, buruk, psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital. Post natal Apgar skor 2 detik = dehidrasi berat Sistem Kardiovaskuler a Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin b Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis -, adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. c Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. d Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. e Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. Sistem Pernafasan a Subyektif, sesak atau tidak b Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. c Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus -. d Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. Sistem Pencernaan a Subyektif, Kelaparan, haus b Inspeksi BAB, konsistensi cair, padat, lembek, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi - dan kesemitrisan abdomen. c Auskultasi, Bising usus dengan menggunakan diafragma stetoskope, peristaltik usus meningkat gurgling > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. d Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa -, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. e Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa -. Hepar dan lien tidak teraba. Sistem Perkemihan a Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya b Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum -, rambut-. BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. c Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis. Sistem Muskuloskletal a Subyektif, lemah b Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun c Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a Feces lengkap Makroskopis dan mikroskopis bakteri + mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi b Pemeriksaan Asam Basa Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faal ginjal d Serum elektrolit Na, K, Ca dan Fosfor Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan kesadaran dan kejang. e Pemeriksaan intubasi duodenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. f Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. D. Masalah Keperawatan 1. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien E. Intervensi Keperawatan 1. Diare b/d inflamasi gastrointestinal Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien teratasi NOC NIC 1. Tidak ada diare 2. Feses tidak ada darah dan mukus 3. Nyeri perut tidak ada 4. Pola BAB normal 5. Elektrolit normal 6. Asam basa normal 7. Hidrasi baik membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL Diare Management Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal Evaluasi jenis intake makanan Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan ulserasi Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap Monitor hasil Lab elektrolit dan leukosit Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat 2. Defisit volume cairan b/d kehilangan jumlah cairan secara aktif Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi NOC NIC Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah 110-120/60-90 mmHg, Nadi 60-120 x/menit, Suhu tubuh 36,5-37,5◦C, Respirasi 20-60 x/meit Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik , jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output 50 – 100cc/jam Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan absorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nutrisi kurang teratasi NOC NIC Albumin serum dalam batas normal Hematokrit dalam batas normal Hemoglobin dalam batas normal Total iron binding capacity dalam batas normal Jumlah limfosit dalam batas normal Intake nutrisi cukup/ sesuai usia Berat badan sesuai usia Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval Referensi Hayati. 2009. Gizi Bayi Buku Saku Jakarta EGC Aziz, 2006, Diare, Pembunuh Utama Balita, Graha Pustaka, Jakarta. Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta EGC. Betz, Cecily Lynn. 2009. Pediatri. Jakarta EGC Cholina Trisa Siregar 2004. Kebutuhan Dasar manusia Eliminasi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Corwin, J Elizabeth. 2009. Patofisiologi Buku Saku, edisi 1. Jakarta EGC. Depkes RI 2007. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen PP&PL. Jakarta Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia, Depkes RI, Jakarta Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya. Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, Rhineka
A PENGERTIAN. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999). Asuhan keperawatan bayi diare pada by. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. askep diare - wood scribd indo from Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Faktor penyebab diare, antara lain Ilmiah dengan judul "asuhan keperawatan pada ny. Diareakut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Diareakut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit. Kasus diare pada anak dari 2 sumber literature yang berbeda. Asuhan keperawatan bayi diare pada by. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. Faktor penyebab diare, antara lain Risiko ketidakseimbangan elektrolit pada pasien diare. Demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Asuhan keperawatan, diare akut, kekurangan volume cairan. Ilmiah dengan judul "asuhan keperawatan pada ny. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Asuhan keperawatan, diare akut, kekurangan volume cairan. Risiko ketidakseimbangan elektrolit pada pasien diare. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Format Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat Pada Orang Dewasa from Asuhan keperawatan, diare akut, kekurangan volume cairan. S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Diareakut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Faktor penyebab diare, antara lain Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. Ilmiah dengan judul "asuhan keperawatan pada ny. S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Diareakut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit. Asuhan keperawatan bayi diare pada by. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. Asuhan keperawatan, diare akut, kekurangan volume cairan. Demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Kasus diare pada anak dari 2 sumber literature yang berbeda. Faktor penyebab diare, antara lain Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Risiko ketidakseimbangan elektrolit pada pasien diare. Diareakut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit. Asuhan keperawatan bayi diare pada by. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. askep diare - wood scribd indo from S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. Faktor penyebab diare, antara lain Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Asuhan keperawatan, diare akut, kekurangan volume cairan. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Risiko ketidakseimbangan elektrolit pada pasien diare. Asuhan keperawatan bayi diare pada by. Asuhan keperawatan, diare akut, kekurangan volume cairan. Ilmiah dengan judul "asuhan keperawatan pada ny. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus. Kasus diare pada anak dari 2 sumber literature yang berbeda. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu mengeluhkan akan penyakit diare ini. S dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan di ruang bougenville dr. Risiko ketidakseimbangan elektrolit pada pasien diare. Demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan. Faktor penyebab diare, antara lain Contoh Askep Diare Pada Orang Dewasa URINARY SYSTEM DISEASE “NEPHROTIC SYNDROME” â€" Sharing is / Diareakut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit.. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Keperawatan pada ny "f" dengan diagnosa medis diare akut di ruangan. Risiko ketidakseimbangan elektrolit pada pasien diare. Demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi lebih rumit daripada orang dewasa. Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa, diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare sebanyak kasus.
Pneumoniadapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan iminitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu: 1.
100% found this document useful 3 votes14K views8 pagesDescriptionpenyakit diareCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 3 votes14K views8 pagesASkep Diare Pada DewasaJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
ContohLaporan Asuhan Keperawatan (askep) Tentang Diare. Deskripsi Singkat: Contoh Laporan Asuhan Keperawatan (askep) Tentang Diare ini membahas tentang: laporan asuhan keperawatan tentang diare yang dimaksudkan untuk memenuhi laporan mata kuliah Asuhan Keperawatan pada Akademi Keperawatan, serta pembahasan lainnya.

Uploaded byWulaniSetianingrum 75% found this document useful 20 votes29K views13 pagesOriginal TitleASKEP DIARE SDKICopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document75% found this document useful 20 votes29K views13 pagesAskep Diare SdkiOriginal TitleASKEP DIARE SDKIUploaded byWulaniSetianingrum Full descriptionJump to Page You are on page 1of 13Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Diareadalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal.1-4 Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu.

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN KASUS DIARE DI RUANG TERATAI ANAK RSU MOKOPIDO TOLITOLI OLEH WAHYUDDIN A TAHIR NIM 09096 PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI AKADEMI KEPERAWATAN TOLITOLI 2012 HALAMAN PERSETUJUAN Judul Asuhan Keperawatan Pada An. M dengan kasus diare Di Ruang Teratai Anak Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli Penulis Wahyuddin A Tahir NIM 09096 Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan di Akper Pemda Tolitoli. Tolitoli,20 september 2012 Tim Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II SOVA EVIE WD Ns Nip19790923 199903 2 001 CATUR ARIS Nip19830714 200501 1 007 PENGESAHAN TIM PENGUJI Panitia ujian Karya Tulis Ilmiah KTI Akper Pemda Tolitoli, setelah meneliti dan mengetahui cara dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah KTI dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Dengan Kasus Diare Di Ruang teratai Anak Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli ” yang telah dipertanggung jawabkan oleh mahasiswa atas Nama Wahyuddin A. Tahir, Nim 09096 pada hari jum’at tanggal 12 oktober 2012 maka atas nama panitia ujian Karya Tulis Ilmiah KTI Akper Pemda Tolitoli menerima dan mengesahkan PANITIA UJIAN Jabatan Ketua Anggota1. 2. Nama / NIP Sova Evie WD Ns NIP. 19790923 199903 2 001 St. F. Iriany Batalipu SKM, Nip. 19620518 198211 2 001 Catur Aris NIP. 19830714 200501 1 007 Tanda Tangan ………………… ………………… ………………… Mengetahui Direktur Akper Pemda Tolitoli St. F. Iriany Batalipu SKM, Nip. 19620518 198211 2 001 KATA PENGANTAR Seuntai kata umum singkat sangat bermakna, walaupun begitu sederhana namun itulah ungkapan yang terindah yang terlahir dari kalangan jiwa Alhamdulillahirabbil Alamin, kupanjatkan kehadirat-Mu illahirabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Mu berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan ketabahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah KTI dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Kasus Diare Di Ruangan Teratai Anak RSU MOKOPIDO Tolitoli” Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemda Tolitoli, Sulawesi Tengah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami hambatan baik dalam pengumpulan data, pemberian asuhan keperawatan, serta dalam penyusunan baik itu berupa moral maupun material. Namun berkat, bimbingan, arahan, serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan melepas segala ego, perkenenkan penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Batalipu SKM. selaku direktur akademi keperawatan pemda tolitoili dan selaku penguji satu dalam tim penguji Karya Tulis Ilmiah KTI yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama proses ujian dan selama mengikuti pendidikan di akper pemda tolitoli Bapak dr. Kadir SpPD selaku kepala RSU Mokopido Tolitoli yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Mokopido Tolitoli Ibu Sova Evie Wd Ns selaku pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah Bapak Catur Aris selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Staf perawat di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli yang telah rendah hati membantu penulis selama melakukan penelitian di ruangan tersebut. Bapak/Ibu dosen dan staf Akper Pemda Tolitoli, yang telah memberikan bekal ilmu, bantuan dan dorongan selama ini. Keluarga khususnya Ayahhanda, Ibunda, Nenenk dan saudara-saudaraku yang telah memberikan kesempatan serta kasih sayang, perhatian dan dukungan baik moril dan materil yang tiada hentinya, serta do’a yang membuat penulis menjadi menusia yang berarti seperti sekarang ini. Rekan-rekan Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemda Tolitoli angkatan ke X tahun 2009, anak-anak “TTC” yang telah mersama menikmati pahit manisnya perjuangan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga keperawatan di Kampus Akper Pemda Tolitoli. Kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu lewat kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga, semoga budi baik saudara mendapat balasan yang setimpal dari Allah amin Tak ada gading yang tak retak, mungkin itu pepatah yang dapat penulis ungkapkan, sebab penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masi jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan koreksi yang sifatntya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada pembacanya dan khusunya kepada diri saya pribadi serta dapat menjadi masukan kepada semua pihak. Wassalam….. Tolitoli, september 2012 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………….. iii KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. iv DAFTAR ISI` ……. vii DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………… ix DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………. xi BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1 Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 3 Tujuan………………………………………………………………………………….. Tujuan Umum…………………………………………………………………….. 3 Tujuan Khusus…………………………………………………………………… 4 Metode Penelitian…………………………………………………………………….. 4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………. 5 BAB II TINJAUAN TEORI Konsep Medis………………………………………………………………………. Pengertian………………………………………………………………………….. 7 Etiologi……………………………………………………………………………….. 8 Patofisiologi……………………………………………………………………….. 9 Tanda dan Gejala…………………………………………………………….. 10 Penatalaksanaan……………………………………………………………… 11 Komplikasi……………………………………………………………………….. 17 Pemeriksaan diagnostik…………………………………………………… 18 Pencegahan…………………………………………………………………….. 19 Konsep tumbuh kembang anak……………………………………………. .. 19 Pengertian …………………………………………………………………….. .. 19 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak …………………………………………………………………. 20 Ciri-ciri tumbuh kembang anak…………………………………………. 26 Tahap-tahap tumbuh kembang anak………………………………… 27 C. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………………… 28 Pengkajian……………………………………………………………………….. 28 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………. 28 Rencana Tindakan…………………………………………………………… 30 Implementasi……………………………………………………………………. 40 Evaluasi……………………………………………………………………………. 40 BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian……………………………………………………………………………… 41 Klasifikasi Data………………………………………………………………………. 55 C. Analisa data……………………………………………………………………………. 57 D. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………… 60 Perencanaan …………………………………………………………………………. 61 Implementasi…………………………………………………………………………… 70 G. Evaluasi………………………………………………………………………………….. 70 H. Catatan Perkembangan………………………………………………………….. 77 BAB IV PEMBAHASAN Pengkajian……………………………………………………………………………… 83 Diagnosa………………………………………………………………………………… 84 C. Intervensi ………………………………………………………………………………. 88 D. Implementasi …………………………………………………………………………. 89 Evaluasi keperawatan…………………………………………………………….. 90 BAB V PENUTUP Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 91 Saran ……. 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel jumlah cairan ml yang hilang pada anak umur 15 tahun 13 Tabel derajat dehidrasi ……………………………………………….. 13 Tabel pola kegiatan sehari-hari………………………………………………….. 46 Tabel pemeriksaan penunjang ………………………………………………….. 53 Tabel analisa data………………………………………………………………………. 57 Tabel diagnosa keperawatan prioritas………………………………………… 60 Tabel perencanaan…………………………………………………………………….. 61 Tabel dan evaluasi………………………………………………. 68 Tabel catatan perkembangan………………………………………………… 77 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar Genogram 3 generasi …………………………………………………. 45 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat pernyataan benar-benar telah melakukan penelitian Lampiran 2 Surat izin permintaan data Di Rumah Sakit Mokopido Tolitoli Lampiran 3 Surat permoohonan izin pengambilan kasus Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan SAP penyakit diare Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Penulis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan di bidang kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992 merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional, yaitu untuk mempercepat terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, bangsa Indonesia mencanangkan cita-cita Indonesia Sehat 2010 antara lain programnya adalah pemberantasan penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit diare. Berbagai upaya kesehatan berupa peningkatan kesehatan promotif, pencegahan preventif, pengobatan kuratif dan pemulihan rehabilitatif dilaksanakan secara utuh, menyeluruh dan berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat Depkes RI,1999. Diare keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja Ngastiah, 1998. Penyakit diare merupakan suatu penyebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak dimana gejala utamanya yaitu cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, dan nafsu makan menurun. Dimana faktor penyebab dari penyakit ini diantaranya adalah kesehatan lingkungan, keadaan gizi, faktor sosial dan ekonomi. Pada anak dengan Diare dapat menyebabkan kekurangan cairan akibat BAB terus menerus, muntah, dan evaporasi. Jika tidak diatasi segera akan mengakibatkan dehidrasi dan renjatan hipovolemik syok dan bisa berdampak buruk yaitu kematian yang cepat. Hal ini disebabkan daya tahan tubuh anak dan kompensasi anak terhadap suatu penyakit belum sempurna, sehingga meningkatkan motalitas usus, sekresi dan osmotik sistim pencernaan. Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit gastroenteritis masih sering menimbulkan KLB Kejadian Luar Biasa dengan penderita yang banyak dalam waktu singkat. Nursalam,2005. Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare setiap tahunnya menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, WHO memperkirakan ada sekitar 4 milyar kasus diare setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, berarti setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang pertahunnya. Penyakit diare berada pada urutan ketiga dengan pravelensi sebesar dari 9 penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama dari kematian, Di Indonesia berdasarkan hasil survei awal dilapangan kasus diare pada tahun 2008 di Kabupaten Sambas terjadi kasus pada semua golongan umur 23 per 1000 penduduk. Di Sulawesi tengah khususnya di Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli berdasarkan data dari Medical Record RSU Mokopido Tolitoli pada tahun 2010 tercatat jumlah penderita diare yaitu sebanyak 391 penderita untuk semua golongan umur. Pada tahun 2011 jumlah penderita diare yaitu 371 penderita dimana terdiri dari 100 orang penderita dewasa dan 271 penderita anak. Sedangkan untuk bulan januari sampai dengan bulan juli 2012 jumlah penderita adalah 119 yang terdiri dari 29 dewasa dan 90 penderita dari kalangan anak-anak. Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang diuraikan diatas maka perlunya penanganan masalah diare secara maksimal salah satunya adalah dengan pemberian asuhan keperawatan oleh karena pasien diare cenderung mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang mana keaadaan tersebut dapat mengancam kehidupan pasien sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu menekan angka kejadian dan kematian pasien diare. Keadaan ini mendorong minat peneliti untuk meneliti penerapan Asuhan Keperawatan Pada dengan kasus diare di Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada An M Dengan kasus Diare Di Ruang Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli ” C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Untuk mengetahui penatalaksanaan secara komprehensif Asuhan Keperawatan pada pasien An M dengan kasus Diare di ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli. Tujuan Khusus Karya tulis ini di buat untuk Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli Mampu melaksanaan implementasi keperawatan pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli Mampu melakukan evaluasi pada pasien An M dengan kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli D. METODE PENELITIAN Study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan tahap pengkajian dengan cara Wawancara langsung dengan Tanya jawab pada klien dan keluarganya. Obsevasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan asuhan keperawatan Melakukan pemeriksaan fisik Yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang spesifik tentang penyakitnya melalui pemeriksaan secara head to toe Study dokumentasi Pengumpulan data dengan melihat catatan atau dokumentasi keperawatan yang diperoleh melalui dokumen medik Study perpustakaan yaitu mempelajari buku, literatur dan data– data yang ada relevansinya dengan karya tulis ilmiah ini E. MANFAAT PENELITIAN Bagi institusi Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus diare dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan. Institusi pendidikan Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya Asuhan keperawatan pada klien dengan kasus diare. Bagi keluarga pasien Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan tentang penyakit diare di masyarakat sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita diare Bagi peneliti Sebagai pengalaman berharga dan tak terhingga serta dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan keparawatan ASKEP. Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit diare itu sendiri BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Diare 1. Pengertian Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Hipocrates, 1985. Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan frekwensi lebih banyak dari pada biasanya di bagian ilmu kesehatan anak FKUI RCCMC. Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja Ngastiah, 1998. Diare adalah buang air besar defekasi dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair, setengah padat dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari pada biasanya normal 100 – 200 ml pertinja Saifullah Noer, 1998. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari WHO 1980 dikutip dari mansjoer arief, dkk 1999 Dari ke 4 pengertian diare tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa diare adalah buang air besar/defekasi yang tidak normal pada bayi lebih dair 4 kali dan lebi dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah, atau lendir saja. 2. Penyebab / Etiologi Diluar usus infeksi diluar usus tubuh manapun seperti pneumonia, infeksi telinga, tonsillitis dapat menyebabkan mencret dalam stadium yang biasanya ringan. Didalam usus penyebab diare paling sering pada anak kecil adalah infeksi dengan berbagai bakteri ini dapat terjadi karena infeksi oleh organisme disentri basiler, bakteri disamping virus dan protozoa. Yang paling sering dijumpai dalam jumlah besar yang berasal dari lingkungan kotor. Anak yang kurang gizi amat rentan dalam periode bebas diare. c. karbohidrat disakarida intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa, monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan Faktor psikologis rasa takut dan cemas. Jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar. Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare di bagi menjadi dua, yaitu 1 Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh virus, kuman patogen dan apatogen, hiperperistaltik usus halus akibat kimia atau bahan makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan defisiensi imun terutama IgA sekretonik. 2 Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein KPK, atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. 3. Patofisiologi Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri menghasilkan toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan diare Sacharin, RM. 4. Tanda dan Gejala Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena setiap defekasi tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat didahului dengan diare atau tampak muntah dan disebabkan karena lambung meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu turgor kulit menurun, mata cekung dan ubun-ubun menjadi cekung pada bayi. Terjadinya renjatan hipovolemik harus di hindari. Kekurangan cairan akan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebkan frekwensi pernapasan lebih cepat dan dalam pernafasan kusmaul. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat lebih dari 120 kali/menit pada anak tekanan darah menurun sampai tidak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstermitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium akan menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga jika kekurangn cairan tidak segera di atasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubuler.mansjoer arief dkk. Secara klinis diare karena infeksi akut di bagi menjadi dua golongan. Pertama koleriform dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua, desentriform, padsa diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah. mansjoer arief dkk. 5. Penatalaksanaan Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut Rehidrasi cairan 1 Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat terapi rehidrasi kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti terapi rumatan. Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare dan/muntah previous water loses= PWL, ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan pernafasan normal water loses=NWL, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung concomintcnt water loses=CWL. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur. mansjoer arief dkk. a Jumlah cairan ml yang hilang pada anak umur 15 tahun BB 15-25 kg sesuai dengan derajat dehidrasi. Table anak umur >15 tahun BB 15-25 kg No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah 1. Ringan 25 65 25 115 2. Sedang 50 65 25 140 3. berat 80 65 25 170 penilaian derajat dehidrasi No. Penilaian A B C 1. Lihat kedaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atau tidak sadar 2. Mata Normal Cekung Sangat cekung 3. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada 4. Mulut dan lidah basah kering Sangat kering 5. Rasa haus Minum biasa tidak haus Haus, ingin minum banyak Malas minum atau tidak bisa minum 6. Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat 7. Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda di tambah 1 tanda atau lebih tanda lain Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda di tambah 1 atau lebih tanda lain Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum. 1 Diare dehidrasi ringan Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan 5% dari berat badan. Pada diare dengan dehidrasi ringan sudah Nampak tanda-tanda kekurangan cairan yaitu penderita kekurangan nafsu makan dan aktifitasnya menurun. Cairan untuk pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah elektrolit oral melalui mulut dengan formula lengkap. 2 Diare dengan dehidrasi sedang Diare dengan dehidrasi sedang ditandai dengan kehilangan cairan 6–10% berat badan. Kasus ini memerlukan perhatian yang lebih khusus, pemberian oralit pada penderita hendaknya dilakukan petugas kesehatan dari sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi beberapa jam lamanya 4-6 jam. Kalau penderita sudah baik keadaannya boleh pulang dengan dibekali beberapa bungkus oralit. Sedangkan kalau jatuh kedalam berat harus diupayakan pemberian cairan secara parenteral. Bagi penderita yang boleh pulang agar diberi penyuluhan kepada orang tuanya mengenai cara melarutkan dan pemberian oralit, juga agar ditekankan bahwa pemberian oralit adalah pengganti cairan yang hilang bukan untuk menghentikan diarenya dengan segera. 3 Diare dengan dehidrasi berat Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah. Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan. Di masyarakat disebut dengan muntaber. penderita harus mendapat cairan infus sebagai berikut a Macam cairan yang dipakai Ringer laktat merupakan pilihan utama perhatikan khusus untuk penderita neonatus. Penderita diare dengan penyakit berat seperti kekurangan kalori protein, pneumonia, kelainan jantung dan sebagainya. Dalam keadaan tertentu dimana ringer laktat tidak tersedia dapat digunakan cairan Half Sterngth Dorrow Glukosa. b Cairan peroral Cairan dehidrasi oral dengan formula lengkap cairan yang mengandung 4 komponen yaitu NaCl, KCl, NaHCO3 atau Na Sitrat dan glukosa atau pengganti cairan. Formula ini dikenal dengan nama larutan oralit dan diberikan bila sudah timbul tanda-tanda dehidrasi dan cairan formula rehidrasi tidak lengkap sederhana cairan yang mengandung paling sedikit 2 komponen yaitu NaCl dan glukosa atau penggantinya seperti makanan dan minuman yang ada di rumah termasuk disini larutan gula garam dan air tajin. Fungsi glukosa pada cairan dehidrasi oral baik pada formula legkap atau tidak lengkap sebagai penarik air dan elektrolit kedalam cairan intraseluler menggantikan cairan penghilang karena diare dan muntah. c Cairan parenteral Pada umumnya cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat RL. Mengenai pemberian cairan sebanyak beberapa yang harus diberikan tergantung pada berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan dengan berat badannya serta berat badan masing-masing anak dan golongan umur klien. Makanan harus di teruskan bahkan di tingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk status gizi Bayi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan. Bayi yang sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan susu formula. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh di gunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan usus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada 1 Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis 2 Suspek kolera dengn dehidrasai berat 3 Diare perisisten Obat-obat anti diare meliputi anti motilitas misalnya loperamid, difenoksilat, kodein, opium, adrosben misalnya norit,kaolin, attapulgit. Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak semua obat-obat ini mempunyai efek yang nyata terhadap diare dan beberapa malahan mempunyai efek berbahaya . obat-obat ini tidak boleh di berikan untuk anak <5 tahun. 6. Komplikasi Akibat dari diare/kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebaga berikut Dehidrasi ringan, sedang, berat hipotonik, isotonik dan hipertonik. Renjatan hipovolemik Hipokalemia dengan gejala metorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram. d. Hipoglikemia e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi energy proretin akibat muntah dan diare jika lama atau kronik 7. Pemeriksaan diagnosis a. Pemeriksaan tinja mikroskopis, pH, dan kadar gula jika di duga ada intoleransi gula sugar intolerance, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika pada diare persisten. Pemeriksaan darah darah perifer lengkap, AGG dan elektrolit terutama Na, K, Ca, dan P seru pada diare yang disertai kejang. Pemeriksaan ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kuantitatif terutama pada diare kronik. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan di curigai adanya infeksi sistemik 8. Pencegahan Pemberian ASI saja dengan umur 4-6 bulan Mencuci tangan sebelum dan susudah makan Membuang tinja secara benar Jangan makan sembarang makanan Menggunakan air bersih dan dimasak untuk minum Memperkuat daya tahan tubuh ASI minimal dua tahun pertama dan mampertahankan status gizi dan imunisasi. B. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK 1. Pengertian Pertumbuhan Growth adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat gram, pound ukuran panjang cm, inchi, umur tulang dan keseimbangan metabolik retensi kalsium dan nitrogen tubuh. Perkembangan Development adalah bertambahnya kemampuan skil dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai berikut Faktor Keturunan/Herediter 1 Seks Kecepatan pertumbuhan dan perkembangam pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki. 2 Ras Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak Asia. Faktor Lingkungan 1 Lingkungan Eksternal Kebudayaan, Status sosial ekonomi keluarga, Nutrisi, Penyimpangan keadaan sehat, Olah raga, Urutan anak dalam keluarga. 2 Lingkungan Internal a Intelegensi Pada umumnya anak yang mempunyai integensi tinggi, mempunyai perkembangan lebih baik. b Hormon Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu Somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan tulang. Berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan kreatinisme; Hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoid. Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur kekurangan homon gonadotropin dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks. c Emosi Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti dengan ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Cara anak berinteraksi dalam keluarga akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila keinginan anak tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dapat memberi pengaruh terhadap tahap perkembangan selanjutnya. Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di Sekitar Lingkungan Dengan adanya pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, karena dengan anak diharapkan dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat segera diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan/dicari jalan keluarnya dengan cepat. 2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individual. Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal di bawah ini Directional trends Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi 1 Cephalocandal atau Head to tae dari arah kepala ke kaki Misalnya mengangkat kepala dulu kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian bawah. 2 Proximodistal atau Near to Far Direction Menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat Misalnya bahu dulu baru jari-jari. 3 Mass to specific atau simple to complex Menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks Misalnya mengangkat bahu dulu baru kemudian menggerakkan jari-jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan batu bisa memainkan jarinya. Prinsip-prinsip tersebut berjalan, sejalan tidak dipengaruhi materi dan sebagainya tetapi cepat lambatnya dapat dipengaruhi. Sequential Trends Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui, maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi. Dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap fase ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya, Misalnya tengkurap – merangkak; berdiri – berjalan. Sensitive Period Ada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh – kembang dimana anak berinteraksi, terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik, Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut 1 Masa Kritis Yaitu masa yang apabila tidak di rangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat di gantikan pada masa berikutnya. 2 Masa Sensitif Mengarah pada perkembangan dan microorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/ ancepalitis. 3 Masa optimal Yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya a Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya b Ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya c Dan sebagainya 3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai. Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan sebagainya 4. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu ” milestone” yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Berdasarkan Hasil Rapat Kerja UKK pediatrik Sosial di Jakarta, Oktober 1986, yaitu Masa Pranatal 1 Masa Mudigah/embrio konsepsi – 8 Minggu 2 Masa janin/fetus 9 minggu – lahir. Masa bayi 0-28 hari 1 Masa Neonatal 0 – 28 hari a Masa Neoratal dini 0 – 7 hari, b Masa Neonatal lanjut 8 – 28 hari. 2 Masa pasca Neonatal 29 hari – 1 tahun Masa Toddler usia 1 – 3 tahun Masa Pra Sekolah Usia 3 – 6 tahun Masa Sekolah Usia 6 – 18/20 tahun Masa Pra remaja usia 6 – 10 tahun Masa Remaja 1 masa remaja dini a wanita usia 8 – 13 tahun, b pria usia 10 – 15 tahun, 2 Masa remaja lanjut a Wanita usia 13 – 18 tahun, b Pria usia 15 – 20 tahun. C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare Dalam asuhan keperawatan pada kasus diare yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian pada penyakit diare Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut Carpenito 2000 mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah “Pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat menggunakan proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan, untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah klien yang ada pada tanggung jawabnya”. Doenges 1999 diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Label diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan. NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap mesalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala-gejala yang ada yakni 1 Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus doenges, Ed 3 1999 2 Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya melabsorbsi usus. 3 Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan dengan dehidrasi. 4 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan kurang. 5 Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang penyakit. 6 Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus doenges, Ed 3 1999 7 Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan BAB yang terus menerus. 8 Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB. 9 Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi disekitar daerah anus. 10 Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.doengoes 1999 11 Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.doengoes 1999 Rencana Tindakan / Intervensi Diagnosa Keperawatan 1 Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus Tujuan maningkatkan fungsi usus, mendekati normal Intervensi 1 Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah kaluaran faces. 2 Tingkatkan tirah baring, dekatkan alat-alat di samping tempat tidur. 3 Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman jernih, 4 hindari minuman dingin. 5 Observasi TTV 6 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi Rasional 1 membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode penyakit 2 istirahat menurunkan motilitas dan menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan adalah komplikasi. 3 Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan atau cairan. Makan kembali secara bertahap, cairan mencegah keram dan diare berulang. 4 Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan. 5 Mengobati infeksi suparif lokal. Diagnose keperawatan 2 Gangguan keseimbangan cairan elektrolit. Tujuan Volume cairan teratasi. Intervensi 1 Kaji tanda – tanda dehidrasi 2 Beri air gula jika klien muntah 3 Beri sesering mungkin sesuai 4 Penatalaksanaan pemberian infus Rasional 1 Mengetahui penyebab defisit volume cairan sehingga segera melakukan tindakan. 2 Air gula dapat menekan peningkatan asam lambung. 3 ASI merupakan makanan penting untuk anak/bayi. 4 Cairan infus sangat baik, penting bagi yang mengalami defisit volume cairan karena cairan langsung masuk ke pembuluh darah. Diagnosa Keperawatan 3 Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperthermia. Tujuan Keseimbangan suhu tubuh normal. Intervensi 1 Observasi vital sign. 2 Beri kompres hangat. 3 Ganti pakaian klien yang tipis dan menyerap keringat. 4 Beri minum banyak 5 Penatalaksanaan pemberian anti piretik. Rasional 1 Perbaikan vital sign merupakan indikasi dalam menentukan tindakan selanjutnya. 2 Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah menyebabkan terjadinya penguapan sehingga membantu menurunkan suhu tubuh. 3 Baju yang tipis dan menyerap keringat membuat klien merasa cerah sehingga memberikan kenyamanan pada klien. 4 Obat antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh. Diagnosa Keperawatan 4 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tujuan Kebutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi 1 Siapkan makanan dalam keadaan hangat. 2 Beri makan sedikit tapi sering 3 Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang berasa asam dan merangsang. 4 BAB tiap hari 5 Beri nutrisi diet lunak Rasional 1 Makanan yang hangat dapat merangsang selera makan klien. 2 Membantu mengurangi kerja lambung dan usus, peningkatan asupan nutrisi. 3 Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan meningkatkan pH lambung. 4 Penurunan berat badan akan menunjukkan klien masuk kategori dehidrasi. 5 Membantu mengurangi beban kerja lambung dan usus. Diagnosa Keperawatan 5 Kecemasan orang tua Tujuan Kecemasan teratasi. Intervensi 1 Kaji tingkat kecemasan orang tua/klien 2 Berikan informasi yang adekuat tentang penyakit yang diderita klien. 3 Memberi HE kepada keluarga tentang pencegahan dan perawatan diare. 4 Memberikan dorongan spiritual kepada keluarga klien. Rasional 1 Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua klien. 2 Informasi yang adekuat akan membantu keluarga menenangkan dan mengurangi kecemasan. 3 Menambah pengetahuan dalam pencegahan penanganan. 4 Dorongan spiritual memberi ketenangan jiwa dan hati. Diagnosa keperawatan 6 Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan Nyeri berkurang atau hilang Intervensi 1 Kaji tingkat nyeri 2 Observasi tanda-tanda vital 3 Penatalaksanaan pemberian analgetik. Rasional 1 Mengetahui sejauh mana tingkat nyeri mempengaruhi keadaan klien sehingga memudahkan dalam pemberian intervensi. 2 Vital sign merupakan indikator dalam melakukan tindakan selanjutnya. 3 Analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. 4 Mengatur posisi klien nyaman/lutut fleksi Diagnosa Keperawatan 7 Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial Tujuan Infeksi nosokomial tidak terjadi. Intervensi 1 Bila klien BAB secepatnya dibersihkan dengan menggunakan handschoen. 2 Ganti alat tenun yang kotor 3 Cuci tangan sebelum dan sesudah meneteki. Rasional 1 Memakai handschoen untuk mencegah terjadinya penularan pada orang lain. 2 Agar tidak terjadi tempat berkumpulnya dan berkambang biak bakteri. 3 Merupakan tindakan septik dan antiseptik yang dapat mencegah penularan. Diagnosa Keperawatan 8 Gangguan pemenuhan istirahat tidur Tujuan Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi Intervensi 1 Kaji pola tidur klien 2 Ajar posisi klien sesuai dengan kebutuhan klien. 3 Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman 4 Penatalaksanaan pemberian obat sedatif. Rasional 1 Mengetahui sejauh mana perubahan pola tidur yang dialami klien. 2 Posisi yang sesuai dengan keinginan klien merangsang untuk tidur. 3 Lingkungan yang tenang dan nyaman membantu klien untuk istirahat. 4 Obat sedatif sebagai obat penenang Diagnosa Keperawatan 9 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Tujuan Integritas kulit terpelihara dengan baik. Intervensi 1 Observasi kemerahan eksplorasi pada daerah kulit. 2 Gunakan krem kulit 2 x /sehari setelah mandi. 3 Beri alas pada daerah bokong dan anus. 4 Anjurkan pada ibu agar selalu menjaga kebersihan daerah bokong dan anus. 5 Gunakan tehnik septik dan antiseptik saat mengganti popok. Rasional 1 Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif. 2 Memberi rasa nyaman pada klien. 3 Untuk mencegah terjadinya iritasi kulit karena lembab. 4 Memberikan informasi yang adekuat dan menambah pengetahuan ibu. Diagnosa 10. Nutrisi,perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrient Tujuan menunjukan berat badan yang stabil atau meningkatkan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi intervensi 1 Timbang berat badan tiap hari 2 Dorong tirah baring dan/pembatasan aktifitas selama fase sakit akut. 3 Anjurkan istirahat sebelum makan 4 Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru. Rasional 1 Membuktikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi. 2 Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi. 3 Menenangakan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan. 4 Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif untuk makan. Diagnosa ke 11 Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Tujuan Menyatakan pemahaman proses penyakit, dan pengobatan Intervensi 1 Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang penyakit 2 Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejalah dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung. Rasional 1 Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu. 2 Faktor pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap makanan, cairan, dan faktor pola hidup dapat mencetuskan gejala. 4. Implementasi Implementasi adalah langkah keempat dari proses keperawatan dimana merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, dan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerjasama dengan klien, keluarga dan petugas kesehatan lainnya. 5. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana perawatan atau mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tujuan evaluasi 1 Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. 2 Menilai keefektifitasan rencana atau strategi asuhan keperawatan Hal-hal yang dievaluasi 1 Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif. 2 Apakah perubahan perilaku pasien seperti yang diharapkan. Penafsiran hasil evaluasi 1 Tujuan tercapai. 2 Tujuan sebagian tercapai. 3 Tujuan sama sekali tidak tercapai. BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data umum Identitas Klien N a m a U m u r 12 Tahun Jenis kelamin Laki-laki A g a m a Kristen Suku/Bangsa Sanger / Indonesia Alamat Kelurahan Panasakan Tanggal/jam MRS 20-07-2012/ wita Tanggal/jam pengkajian 21-07-2012/ wita No. Register 070061 Diagnosa Medis DIARE Identitas Orang Tua N a m a Tn. M U m u r 38 tahun Jenis kelamin Laki-laki A g a m a Kristen Suku/Bangsa sanger/Indonesia Alamat kelurahan panasakan Pekerjaan Swasta Hubungan dengan klien Ayah orang tua Riwayat Kesehatan Keluhan utama BAB encer lebih dari 7 kali sehari Riwayat keluhan utama Klien masuk rumah sakit dengan keluhan buang air besar encer lebih dari 7 kali di rumah dan muntah 1 kali, sejak 3 hari sebelum klien di bawah ke RS orang tua klien mengatakan awalnya keluhan klien di rasakan karena klien terlalu banyak makan mangga. Dan orang tua klien hanya memberikan obat-obatan yang dibeli diapotik, namun tidak ada perubahan. karena kawatir akan kondisi anaknya orang tua klien memutuskan untuk membawa klien ke RSU Mokopido tolitoli pada tanggal 20-07-2012, jam wita Keluhan saat dikaji Ayah klien mengatakan anaknya sudah BAB encer bercampur lendir ± 4 kali sejak pagi hari , klien mengatakan Nafsu makan tidak ada, orang tua klien mengatakan anaknya muntah 1 kali, klien juga mengatakan bahwa perutnya terasa sakit, sakit seperti melilit, dirasakan pada seluruh bagian perut, nyeri di rasakan hilang timbul, skala nyeri 6. Riwayat kesehatan masa lalu 1 Menurut orang tua klien pada umur 9 tahun klien pernah masuk rumah sakit dan di rawat inap di ruang Anggrek dengan kasus DBD, orang tua klien juga mengatakan bahwa anaknya alergi terhadap telur dan mie instan namun tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan. 2 Orang tua klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular atau alergi terhadap makanan dan obat-obatan Riwayat kesehatan keluarga 1 Orang tua klien mengatakan dulu adik dari ibunya pernah menderita berak-berak namun tidak sampai di rawat di RS, orang tua klien juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita alergi makanan dan obat-obatan. 2 Genogram 3 generasi A B C D E F Gambar Genogram 3 Generasi An. M Keterangan laki-laki perempuan tinggal serumah klien menikah A Orang tua ayah klien B Orang tua ibu klien C Saudara ayah klien D Saudara ibu klien E orang tua klien F saudara klien Pola menejemen kesehatan dan persepsi kesehatan Tingkat pengetahuan tentang penyakit yang derita Keluarga klien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti tentang penyakit yang di derita anaknya. Mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sakit perut dan berak-berak. Perilaku untuk mengetahui masalah kesehatan/penyakit Keluarga hanya memberikan obat entrostop yang di beli di apotik. Data psikososial Menurut ibu klien, klien biasa bermain dengan teman-teman sekolahnya dan teman-teman di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan klien dan orang tua klien dengan tenaga kesehatan baik. Ibu klien merasa khawatir dengan penyakit anaknya karena anaknya berak-berak dan muntah tetapi ibu selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh. Ekspresi wajah orang tua klien cemas. Orang tua kooperatif terhadap akan semua tindakan yang dilakukan. Riwayat spiritual Orang tua klien beragama kristen. Klien biasa menjalankan ibadah remaja dan ibadah setiap hari minggu. Pola kegiatan sehari-hari Tabel Pola kegiatan sehari-hari dengan kasus diare derajat ringan diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012 No Kegiatan Sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit 1 Nutrisi Jenis makanan Pola makan Frekwensi Porsi Nafsu makan nasi + lauk pauk Teratur 3 x sehari 1 piring dihabiskan Baik Bubur + lauk pauk Teratur 3 x sehari Tidak dihabiskan 2-5 sendok 1/4 porsi 2 Minum Frekwensi minum Pola minum Jenis minum Jumlah minuman Sering Air putih, susu, teh Air putih, susu 250 cc – 500 cc Sering Air putih, susu, teh Air putih, susu 250 cc – 500 cc 3 Eliminasi BAK Frekwensi Warna Bau BAB Frekwensi Warna Konsistensi 4 – 5 x/sehari Kuning jernih Amoniak 1 – 2 x/hari Kuning Lunak 3 – 4 x/sehari Kuning jernih Amoniak 4 x/hari Kuning kecoklatan Encer, berlendir, berampas Lanjutan tabel pola kebiasaan sehari-hari An M kasus diare derajat ringan diruang teraratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012 No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit 4 Pola istirahat tidur Tidur malam Tidur siang Jam s/d Jam s/d Jam s/d Jam s/d 5 Personal Hygiene Mandi Gosok gigi Cuci rambut Ganti pakaian 2 x sehari 2 x sehari 3 x seminggu Setiap mandi Belum pernah Pemeriksaan fisik Keadaan umum lemah Kesadaran compos mentis Tanda-tanda vital Suhu 38oc Nadi 102 x/menit R R 20 x/menit BB sebelum masuk RS 37 kg BB masuk RS 35 kg BB ideal 2n+9 n=umur 2×12+9=33 = 33 kg Head to toe 1 Kepala dan wajah Inspeksi Bentuk kepala bronchiocepalus,Rambut warna hitam,Rambut terlihat pucat, wajah klien terlihat meringis Tidak ada oedema pada wajah, ada bercak-barcak putih teniapersikolor pada wajah klien. Palpasi Tidak teraba adanya benjolan/massa,Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada oedema 2 Mata Inspeksi Kedua mata simetris kiri kanan,Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterus, reaksi pupil terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris kiri kanan, Mata tidak cekung, Tidak ada tanda-tanda peradangan pada konjungtiva Palpasi Tidak teraba adanya benjolan/massa, Tekanan bola mata seimbang kiri kanan fungsi penglihatan baik, lapang pandang normal. 3 Hidung Inspeksi Bentuk lubang hidung simetris kiri kanan, Tampak ada pengeluaran cairan dari hidung, Mukosa hidung hiperemis, Tidak ada pernapasan kuping hidung, tidak ada deformitas pada tulang hidung. Palpasi Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, sinus edmodalis dan sinus frontalis, fungsi penciuman baik 4 Telinga Inspeksi Tidak ada pengeluaran cairan dari telinga,Tidak ada tanda-tanda radang pada telinga,Keadaan telinga luar bersih, serumen tidak ada, Membran tympani utuh. Palpasi Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada tulang mostoideus fungsi pendengaran baik 5 Mulut/Tenggorokan Inspeksi Selaput mukosa mulut Nampak kering, Lidah tidak kotor, Fungsi mengecap dan mengunyah baik,Tonsil tidak meradang, mukosa bibir lembab Palpasi Tidak ada massa dan nyeri tekan. 6 Leher Inspeksi Tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher. Palpasi tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut nadi karotis dua jari lateral sinistra adam apel. 7 Dada dan paru-paru Inspeksi Bentuk dada simetris kiri kanan,Pengembangan dada seimbang mengikuti alur nafas, Frekuensi pernafasan 20 x/menit, Jenis pernafasan dada,tidak ada retraksi dinding dada. Palpasi Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada masa pada dinding dada. Perkusi Terdengar bunyi sonor pada area paru-paru Auskultasi Bunyi nafas vasikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan. 8 Jantung Inspeksi bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah satu dinding dada. Auskultasi Terdengar Bj I “ lup “ pada ICS 2 dan 3 Terdengar Bj II “ dup “ pada ICS 4 dan 5 Perkusi terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri. Palpasi teraba denyut jantung apeks pada ICS 5 dan 6 9 Abdomen Inspeksi Permukaan perut datar,Tidak ada lesi,Tidak ada hipo / hiperpigmentasi kulit, Tidak nampak dalam keadaan acites. Auskultasi Peristaltik usus 24 x/menit, Bising usus +. Perkusi Terdengar bunyi hypertimpani Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan, Turgor kulit menurun ,Tidak teraba adanya pembesaran limpa, Tidak teraba adanya massa. 10 Genetalia/Anus Inspeksi tanpak adanya kemerahan 11 Ekstremitas Ekstremitas Atas Inspeksi Tangan kiri dapat digerakan dengan bebas. Sedangkan tangan kanan terpasang IVFD RL 28 Tpm, Jari-jari kedua tangan lengkap kuku bersih tidak ada oedema dan tanda sianosis,Lengan reflex bisep baik, trisep baik. Tonus otot Ekstremitas Bawah Inspeksi Kedua kaki dapat digerakan dengan bebas,Jari-jari kedua kaki lengkap,Tidak ada sianosis,Tidak ada oedema maupun benjolan. Palpasi Reflex KPR baik, aciles baik. Tonus otot Pemeriksaan Penunjang. pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-07-2012 jam Tabel hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-07-2012 NO NAMA HASIL SATUAN NILAI NORMAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. WBC RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW PLT MPV 19,5 4,73 12,7 38,3 81,0 26,8 33,2 12,4 331 4,2 103/µL 103/µL g/dl % 103/ µL g/dl g/dl % 103/ µL 5,0-10,0 4,50-5,50 14,0-17,0 40,0-48,0 82,0-92,0 27,0-31,0 32,0-36,0 10,0-18,3 150-400 5,0-10,0 pada tanggal 21-07- 2012 Jenis terapi/obat Dosis 1. 2. 3. 4. 5. cotrimoxazole Dialac Cefotaxim Ketorolac IVFD RL 2 x 1 tablet/oral 3 x 1gr/oral 2 x 1 gr/IV 2 x 1 amp/IV 28 tetes per menit Therapi/pengobatan pada tanggal 22-07- 2012 1. 2. 3. Cefotaxim Ketorolac IVFD RL 2 x 1 gr/IV 2 x 1 amp/IV RL 28 tetes per menit Therapi/pengobatan pada tanggal 23-07-2012 1. 2. Cefotaxim IVFD RL 2 x 1 gr/IV 28 tetes per menit Klasifikasi Data Data Subjektif 1 Klien mengatakan Buang air besar encer 4 kali sejak tadi pagi 2 Klien mengatakan Warna faces kuning kecoklatan 3 Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan 4 konsistensi faces cair berlendir 5 Ibu klien mengatakan anaknya muntah 1 kali 6 Klien mengatakan perutnya sakit, nyeri di rasakan seperti melilit, nyeri di rasakan di seluruh bagian perut, di rasakan hilang timbul. 7 keluarga klien mengatakan tidak terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita anaknya. 8 Ibu klien mengatakan hanya memberikan obat entrostop yang di beli di apotik. 9 Ibu klien mengatakan badan anaknya lemah 10 Ibu klien mengatakan BB anaknya turun 2 kg Data Objektif 1 Keadaan umum lemah 2 Kesadaran composmentis 3 Ekspresi wajah klien meringis 4 Klien muntah 1 kali 5 Orang tua klien terlihat bingung. 6 Klien menolak untuk makan 7 Bising usus hiperaktif 8 Porsi makan tidak di habiskan 1/4 porsi tidak di habiskan 9 Terpasang IVFD RL 28 Tpm 10 Terapi oral cotrimoxazole tablet dan dialac 11 Peristaltik usus 24 x/mnit. 12 BB sebelum sakit 37 kg BB saat sakit 35 kg 13 Tanda-tanda vital Suhu 38 oC Nadi 102 x/menit RR 20 x/menit 14 Pemeriksaan laboratorium 21-07-2012 jam WBC 19,5 103/µL Analisa Data Tabel Analisa Data dengan kasus diare diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012 No Symton Etiologi Problem 1 Data Subjektif – klien mengatakan BAB encer ± 4 kali tadi pagi – klien mengatakan warna facesnya kuning kecoklatan – klien mengatakan perutnya terasa nyeri – Konsistensi feces cair Data Objektif – keadaan umum lemah – kesadaran composmentis – BAB encer ± 4 – Ekspresi wajah klien meringis – Peristaltik usus 24 kali/menit – Vital sign HR 102 kali/menit RR 20 kali/menit SB 38ºc – Terpasang IVFD RL 20 Tpm – Terapi oral cotrimoxazole tablet dan dialac – WBC 19,5 103/µ Proses infeksi Diare Lanjutan tabel Analisa Data dengan kasus diare diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012 No Symton Etiologi Problem 2 Data Subjektf – Klien mengatakan sakit perut, nyeri di rasakan seperti melilit, nyeri di rasakan di seluruh bagian perut, di rasakan hilang timbul. Data Objektif – Ekspresi wajah meringis – Skala nyeri 6 – TTV HR 102 x/menit SB 38ºc RR 20 x/menit – WBC 19,5 103/µL Hiperperistaltik usus Nyeri Lanjutan tabel Analisa Data dengan kasus diare diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012 No Symton Etiologi Problem 3 Data Subjektif – Orang tua klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya Data Objektif – Orang tua klien gelisah dan bertanya-tanya tentang penyakit anaknya. Kurang terpajan informasi tentang penyakit Kurang pengetahuan Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah Tabel Diagnosa berdasarkan prioritas masalah dengan kasus diare ruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012 NO Tgl / Jam Diagnosa keperawatan Paraf 1. 2. 3. 21 Juli 2012 WITA 21 Juli 2012 WITA 21 Juli 2012 WITA Diare b/d proses infeksi NANDA 2009-2011. Hal 123 Nyeri b/d hiperperistaltik usus NANDA 2009-2011. Hal 410 Kurang pengetahuan b/d kurang terpajan informasi tentang penyakit Doenges 1999. Hal 444 E. PERENCANAAN G. CATATAN PERKEMBANGANTabel Catatan PerkembanganLanjutan tabel Catatan PerkembanganLanjutan tabel Catatan Perkembanganlanjutan tabel Catatan PerkembanganLanjutan tabel Catatan PerkembanganLanjutan tabel Catatan PerkembanganLanjutan tabel Catatan Perkembangan Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien. Langkah atau tahapan pada proses keperawatan meliputiPengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus dilakukan secara komprenhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang klien, dan membuat perumusan masalah yang di alami pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang ini terjadi karena dalam pengkajian pada An M denagn kasus diare penulis tidak menemukan data-data tentang adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi menonjol, lidah menjadi kering, pasien cengeng, pasien gelisah, ujung-ujung ekstremitas dingin dan sianosis, gangguan biokimiawi seperti asidodis, takipnue, dan keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual, resiko tinggi ataupun mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena penulis menemukan beberapa batasan karakteristik yang dapat di jadikan acuan untuk mengangkat diagnose keperawatan tersebut. Diantaranya BAB encer lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces cair adanya muntah dan nyeri mengakat diagnosa keperawatan ini karena dalam pengkajian penulis mennemukan data-data yang menunjang dan sesuai dengan referensi yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini. Diantaranya yaitu klien mengatakan sakit perut, wajah klien terlihat meringisPenulis mengangkat diagnosa ini sebagai masalah keperawatan ke empat karena penulis menemukan data diantaranya orang tua klien mengatakan belum terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita anaknya, orang tua klien terlihat ini tidak diangkat kerena tidak di temukan data yang memungkinkan untuk mengangkat diagnosa tersebutDiagnosa hypertermi tidak di angkat karena suhu 38ºc yang di alami klien hanya berlangsung beberapa saat kecemasan tidak diangkat karena kecemasan orang tua klien akan teratasi setelah di berikan HE yang merupakan salah satu dari tindakan keperawatan untuk diagnosa ke tiga yaitu diagnosa kurang ini tidak diangkat karena tidak ada data yang dapat dijadikan dasar untuk mengangkat diagnosa gangguan pemenuhan istirahat tidur tidak di angkat karena dari hasil pengkajian klien tidak mengalami masalah dalam hal pemenuahan istirahat tinggi terhadap kerusakan integritas kulit tidak di angkat karena tidak di temukan data yang dapat di jadikan rujukan untuk mangangkat diagnosa ini tidak di angkat karena penurunan berat badan yang di alami oleh klien belum signifikan sehingga belum dapat dijadikan alasan yang kuat untuk mengangkat diagnosa diagnosa di atas kesenjangan yang terjadi adalah bahwa tidak semua diagnosa yang ada pada teori juga terdapat pada studi kasus begitu pula sebaliknya. Karena diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan studi kasus sangatlah mungkin terjadiC. Intervensi Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi yang ada dalam teori dapat di aplikasikan ke dalam praktek, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam penelitian ini, bahwa antara teori dengan praktek terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan dalam perencanaan tersebut adalah Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada teori dan intervensi yang terdapat dalam diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan antara intervensi yang ada dalam praktek, namun tidak terdapat dalam teori. Kesenjangan tersebut adalahPenulis menggunakan intervensi ini karena intervensi yang terdapat dalam teori tidak sesuai dengan masalah yang dialami klien saat ini sehingga penulis mengajukan intervensi kaji skala nyeri untuk menggantikan intervensi ini penulis tambahkan karena penulis merasa dengan pemberian Health Education akan menambah pemahaman klien dan keluarga tentang penyakit diare dan dapat mengatasi masalah antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study kasus terjadi karena tidak selamanya intervensi yang ada dalam teori sesuai dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasienImplementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah disesuakan dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan. Adapun implementasi yang dapat di lakukan oleh peneliti pada penelitian ini, hanya dapat dilakukan selama 4 hari rawat. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisisi kesehatan pasien yang sudah pulih atau membaik Dan sudah di perbolehkan untuk adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah di berikan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi, didapatkan bahwa semua masalah jl. Elang Kelurahan TuweleyBerdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung pada klien dan uraian dari bab ke bab sebelumnya, maka penulis dapat menulis beberapa kesimpulan sebagai berikut Dari hasil pengkajian pada klien An M dan keluarganya pada tanggal 21 juli 2012 di dapatkan data antara lain BAB encer ±4 kali, konsistensi feces cair bercampur lendir, feces berwarna kuning kecoklatan, klien juga mengeluh sakit perut, orang tua klien mengatakan anaknya muntah1 kali, orang tua klien mengatakan klien menolak untuk makan, berat badan sebelum sakit 37 kg, berat badan sat sakit 35 kg, ND 102xper menit, SB 38ºc, RR 20x per menit, terpasang IVFD RL 28 menegakan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada kondisi klien saat ini, dan disesuaikan dengan konsep teori yang ada. Dari hasil analisa data yang di temukan, di rumuskan 3 diagnosa keperawatan yaitu diare berhubungan dengan proses infeksi, nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, kurangpengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang tahap perencanaan kasus diare terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi sebagai akibat perubahan respon klien sebagaimana yang terdapat pada pengkajian. Dengan adanya perubahan tersebut maka perencanaan yang disusun berubah dengan beberapa penambahan yang disesuaikan dengan diagnosa yang tahap pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana yang telah di susun berdasarkan masalah yang muncul pada klien. Hal ini terwujud berkat kerjasama, dukungan, serta sikap yang koomperatif dari klien, keluarga, perawat ruangan dan profesi kesehatan lain yang ada di tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang di tegakan maka penulis menganalisa bahwa semua masalah yang di alami klien sudah teratasi. Hal ini dapat terwujud karena tindakan yang bersifat kausal terhadap sumber penambahan jumlah tenaga perawat dan tenaga lainya, agar semua petugas di tiap-tiap ruangan dapat bekerja sesuai dengan proporsinya masing-masing sehingga perawat di ruangan dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien-pasien dengan kasus lebih meningkatkan pengayaan, penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan bagi mahasiswanya, penambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keterampilan mahasiswa dalam segi knouladge, afektif dan psikomotorik serta skilstation,Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat dan peneliti selama proses pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang LJ. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGCJakarta, 2000,Doenges, Moorhause, Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3, Jkarta EGC Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC, ed. 7 jakarta EGC,2007Mansyoer Arif. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, 1999, edisi 2 Jilid 1 – Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, L. pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,EGC,Jakarta di berikan penyuluhan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit diare .Setelah di lakukan penyuluhan di harapkan pasien dan keluarga mampu menyebutkan atau megertiDiare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah dan atau lendir dalam cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, timbul diare. Tinja menjadi cair, bisa mengandung darah dan/atau lendir, anus dan sekitarnya dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, mata cekung, denyut nadi sangat 1 bungkus oralit = 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutuhan 2 satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun, anak lebih tua berikan beberapa teguk. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit, kemudian berikan cairan lebih dengan cara air matang sebanyak 5 gelas dicampur dengan 8 sendok teh gula dan ½ sendok teh garam.– berikan bubur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan.– Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk.
B Macam diare Menurut pedoman dari lab /UPF ilmu kesehatan anak Universitas Airlangga (1994) diare dapat dikelompokan menjadi : 1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari 2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari 3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE AKUT KARENA INFEKSI KONSEP MEDIS Pengertian Diare adalah buang air besar defekasi dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi Hendarwanto, 1999. Menurut WHO 1980 diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari. Penyebab Diare akut karena infeksi gastroenteritis dapat ditimbulkan oleh Bakteri Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter Helicobacter jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis. Parasit Protozoa Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp dan Cacing A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium Virus Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk. Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur 1993-1994 pada 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli 38 %, V. cholera Ogawa 18 % dan Aeromonas sp. 14 %. Patofisiologi Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang berasal dari luar asupan diet dan dari dalam tubuh sendiri sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya. Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja. Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan mekanisme kompensasi dengan larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut Dinding Epitel Lumen Usus Entero toksin Sel Epitel Usus AMP Siklik Cl H2O, K+, Na+, HCO3 Glukosa Na+ Glukosa H2O HCO3 Cl– Na+ K+ Vaskuler Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam Patogenesis Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah faktor kausal agent dan faktor penjamu host. Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup flora normal usus. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada mikroflora usus yang normal. Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare. Berdasarkan kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus, bakteri dibedakan atas Bakteri non-invasif enterotoksigenik Misalnya V. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli ETEC dan C. perfringens tidak merusak mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit yang keluar bersama tinja. Bakteri enterovasif Misalnya Enteroinvasive E. Coli EIEC, Salmonella, Shigella, Yersinia, dan C. perfringens type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens. Dalam hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya sekretorik eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis. Manifestasi Klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat HCO3 maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam pernapasan Kussmaul Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat > 120 x/menit, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Memberikan terapi simtomatik Memberikan terapi definitif. 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu 1 Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik 0,9% yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. 2 Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus – Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus BJ Plasma – 1,025 ———————- x BB x 4 ml 0,001 – Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni * diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB * diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB * diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB – Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut * Rasa haus/muntah = 1 * BP sistolik 60-90 mmHg = 1 * BP sistolik 120 x/mnt = 1 * Kesadaran apatis = 1 * Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2 * Frekuensi napas >30 x/mnt = 1 * Facies cholerica = 2 * Vox cholerica = 2 * Turgor kulit menurun = 1 * Washer women’s hand = 1 * Ekstremitas dingin = 1 * Sianosis = 2 * Usia 50-60 tahun = 1 * Usia >60 tahun = 2 Kebutuhan cairan = Skor ——– x 10% x kgBB x 1 ltr 15 3 Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi. 4 Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut 1 Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2 Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare. 3. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. 4. Memberikan terapi definitif. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi 1 Kolera-eltor Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2 V. parahaemolyticus, 3 E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4 C. perfringens, spesifik 5 A. aureus Kloramfenikol 6 Salmonellosis Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin 7 Shigellosis Ampisilin atau Kloramfenikol 8 Helicobacter Eritromisin 9 Amebiasis Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10 Giardiasis Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11 Balantidiasis Tetrasiklin 12 Candidiasis Mycostatin 13 Virus simtomatik dan suportif KONSEP KEPERAWATAN Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. 2000 riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah Aktivitas/istirahat Gejala – Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum – Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare – Gelisah dan ansietas Sirkulasi Tanda – Takikardia reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri – Hipotensi – Kulit/membran mukosa turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah Integritas ego Gejala – Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya Tanda – Respon menolak, perhatian menyempit, depresi Eliminasi Gejala – Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk. – Tenesmus, nyeri/kram abdomen Tanda – Bising usus menurun atau meningkat – Oliguria/anuria Makanan dan cairan Gejala – Haus – Anoreksia – Mual/muntah – Penurunan berat badan – Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak Tanda – Penurunan lemak sub kutan/massa otot – Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk – Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut Hygiene Tanda – Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri – Badan berbau Nyeri dan Kenyamanan Gejala – Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi Tanda – Nyeri tekan abdomen, distensi. Keamanan Tanda – Peningkatan suhu pada infeksi akut, – Penurunan tingkat kesadaran, gelisah – Lesi kulit sekitar anus Seksualitas Gejala – Kemampuan menurun, libido menurun Interaksi sosial Gejala – Penurunan aktivitas sosial Penyuluhan/pembelajaran Gejala – Riwayat anggota keluarga dengan diare – Proses penularan infeksi fekal-oral – Personal higyene – Rehidrasi Tes Diagnostik Lihat konsep medis. DIAGNOSA KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas mual. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Nyeri akut b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. INTERVENSI KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas mual Intervensi dan Rasional Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi – Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses. Pantau intake dan output. – Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium – Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif. – Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Intervensi dan Rasional Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. – Menurunkan kebutuhan metabolik. Pertahankan status NPO puasa selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan – Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat. – Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM. – Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. – Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut. Nyeri akut b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Intervensi dan Rasional Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. – Menurunkan tegangan abdomen. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen – Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit – Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi – Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis. Kaji keluhan nyeri skala 1-10, perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal – Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Intervensi dan Rasional Dorong klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. – Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain yang mengalami masalah yang sama dengan klien. – Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. – Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan. Kolaborasi pemberian obat sedatif bila diperlukan. – Dapat digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi. Kaji perubahan tingkat kecemasan misalnya dengan indeks HARS – Mengevaluasi perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Intervensi dan Rasional Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya. – Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan aktivitas sehari-hari. – Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga dalam proses perawatan klien. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul. – Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. – Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri. Carpenito 2000, Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, EGC, JakartaPrice & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, EGC, JakartaSoeparman & Waspadji 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
DIAREPADA ANAK. Diare. 1. Definisi. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. 2. Klasifikasi Diare.
0% found this document useful 0 votes33 views15 pagesDescriptioncontoh kasus askep diareCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes33 views15 pagesASKEP DiareJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. IntervensiKeperawatan pada Klien Diare Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

kesehatanmengenai diare, apa yang di tandadan gejala , sampaikan penanganan, komplikasi , Do: mampu Ttd dan penyebab menjawab 2 Menganjurkan ibu untuk pertanyaan memberikan minum secara bertahap, tawarkan Ds: ibu memahami sebanyak anak mau Ds: pasien sudah minum sebanyak 500 cc Memberikan terapi zink selama 10 hari dan oralit sebanyak 50-100 ml setiap Ds: -

contoh askep diare pada orang dewasa
pendokumentasianasuhan keperawatan pada pasien diare. 2. Tujuan Khusus . Laporan ini dibuat untuk : a. Melakukan pengkajian pada pasien diare. b. Melakukan analisia data pada pasien diare. c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul. d. Merumuskan intervensi keperawatan. e. Melakukan tindakan keperawatan. f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
\n \n\n \ncontoh askep diare pada orang dewasa
TsiPOXr.